Friday, December 9, 2011

Cobaan Persahabatan

Aku memiliki kelompok pertemanan baru disekolah anakku terdiri dari delapan orang ibu-ibu muda.  Sebut saja dengan nama anak-anak mereka, mah fani, mah zalva, mah farel, mah najla, mah fatton, mah rafly dan saya sendiri mah Darren.

Semenjak saya bergabung dengan mereka, ada berbagai macam hal yang saya pelajari, yaitu karakter mereka masing-masing, dan juga kekompakan mereka dalam berbagai hal.  Umumnya mereka adalah ibu-ibu muda yang baik dan perhatian serta saling mendukung satu sama lain.  Hingga ada salah seorang dari mereka yang merasa bahwa semenjak aku bergabung kedalam grup mereka, aku menjadi penyebab perpecahan mereka.

Iya bloggers, ada salah satu ibu muda yang semula sangat dekat dengan kelompokku tiba-tiba mulai terusik dengan kehadiranku yang entah apa alasannya hingga ia merasa bahwa semenjak kehadiranku di groupnya, kami semakin sering pergi-pergian keluar.  Makan-makan bersama, jalan-jalan dan berbelanja bersama.  Sementara ia merasa tersisihkan dan menganggap kami  jarang bisa mengajaknya.  Padahal tidak seperti itu yang terjadi.  Itu baru satu contoh kasus.

Pada akhirnya dia sendiri yang keluar dari kelompok kami, karena merasa tidak cocok lagi bergaul dengan kami yang mungkin menurutnya mulai berlebihan.  Yah mungkin ada benarnya, tapi hey jangan salahkan aku sebagai penyebab ketidaknyamanan itu dong bu..aku kan hanya pendatang baru yang memang punya banyak waktu luang untuk bisa diajak kemanapun kalian mau.  Kalian sendiri yang mengajakku untuk senam, lari pagi, makan-makan, jalan-jalan dan shopping, aku sih hayuk aja diajak kalian.  Oke..tidak apa-apa jika si ibu yang satu ini keluar dari kelompok kita ya sudah itu haknya dia, yang jelas kami jadi mengerti bahwa ada seseorang yang sifatnya seperti itu.   Kasus selesai.

Kemudian tak lama setelah kejadian itu, ada lagi hal lain yang mengguncang persahabatan kami.  Suatu hari aku berniat baik mengundang teman-teman baikku makan bakso semar atas traktiranku.  Salah seorang ibu yang usianya sudah jauh melampaui kami, sudah berangkat duluan dengan anak-anak kami ke tempat makan yang semula sudah kami tentukan sebelumnya.  Pada saatnya kami hendak berangkat tiba-tiba mood salah seorang ibu berubah dan mulai rewel untuk merubah tujuan.  Karena kerewelannya itu yang lain jadi ikut-ikutan berubah mood juga.  Sehingga memaksaku untuk menuruti kemauan mereka untuk berpindah tempat.  Salah seorang ibu menghubungi ibu yang usianya lebih tua itu dengan nada kesal untuk membawa anak-anaknya ke tempat lain.  Dan akupun menengahi suasana dengan berusaha menjaga perasaan si ibu yang sudah tiba duluan ini dengan kata-kata sopan dan halus untuk datang ke tempat tujuan baru kami.

Singkat cerita, ketika si ibu yang lebih tua ini datang, dia terlihat marah sekali.  Aduh hatiku pun merasa tak enak.  Bukan apa-apa, aku bisa memahami perasaannya.  Dia merasa tidak dianggap sama sekali sebagai orang yang lebih tua.  Benar saja, sampai disana ia lebih memilih duduk sendirian,dan tidak mau dibayarkan olehku.  Ya tuhan..apalagi ini?  Singkat cerita keadaan ini berlarut-larut hingga menyebabkan pertemanan kami goyah bloggers.  Aku dan teman-temanku yang lain dicuekin, padahal aku sudah meminta maaf pada kedua orang yang sama sama tersinggungnya dengan kami.  

 Bukan hanya aku yang dimusuhi tapi kedua ibu yg lain pun sama.  Aku memutuskan untuk mendiamkan keadaan itu dengan harapan semua akan baik dengan sendirinya.  Tapi salah satu temanku tidak terima dengan keadaan itu.  Ia berani berkata jujur pada kedua orang yang telah menyebabkan pertemanan kita menjadi tidak harmonis.  Hingga akhirnya kita saling berbicara apa yang menjadi sebab permasalahannya.    Aku tidak ridha juga sebenarnya selalu menjadi kambing hitam yang dipersalahkan.  Padahal niatku baik.

Setelah kejadian itu masing-masing pihak saling berpikir dan mungkin mereka menemukan titik terang bahwa aku memang tidak salah.  Adanya aku hanya ingin menjadi penengah bagi siapapun.  Karena aku merasa akulah yang lebih dewasa ketimbang ibu-ibu muda yang lain.  Dan pada akhirnya mereka pun mulai berpikir untuk bertindak lebih dewasa kedepannya. 

Yah namanya juga pertemanan dan persahabatan terkadang ada juga cobaan-cobaannya.  Dan ujian-ujian tersebut adalah untuk mendewasakan individu-individu yang terlibat didalamnya.  Belajar saling mengenal karakter teman kita, menerima dirinya apa adanya, belajar untuk bertoleransi dan mengesampingkan ego masing-masing untuk memperkuat ikatan persahabatan. 

Pelajaran bagiku sendiri adalah, aku berusaha untuk menahan mulutku untuk tidak membuka kesalahan teman2ku satu sama lain.  Aku tidak mau menjadi orang yang suka mengadu domba teman sendiri.  Terkadang ujian terberat adalah ikut-ikutan.   Ketika seorang teman mengompori atau mengatakan sebuah kejelekan kita pada teman yang lain kita ikut-ikutan menyalahkannya.  Dan hal ini yang masih harus aku pelajari.  Belajar untuk mengunci mulutku dan juga pendengaranku. 

Biarlah orang lain yang mengatakan apapun, tapi tidak denganku..InsyaAllah..akan aku usahakan untuk menjaga kedua hal ini.

No comments:

Post a Comment