Showing posts with label lesson. Show all posts
Showing posts with label lesson. Show all posts

Tuesday, March 11, 2014

Ada yang bertanya, bagaimana cara meluluhkan wanita yang gengsian? Sederhana, cukup satu kata saja..CINTA.

Sunday, June 16, 2013

The Mermaid: Body Found On National Geographic

Baru saja menonton National Geographic Channel tentang "The Mermaid Body Found".  Ternyata apa yang selama ini kita kira dongeng, sebenarnya adalah mahluk nyata yang berbagi dengan dunia kita.  Setelah mummy peri yang ditemukan di dataran eropa, sekarang ditemukan sebuah mahluk yang bernama duyung. Mahluk setengah manusia setengah ikan yang konon berevolusi dari manusia berkaki dua yang beradaptasi dengan kehidupan laut dan memilih untuk menjadi bagian dari lautan.

Aku merasa takjub, dan terharu dengan keberadaan mereka.  Ada rasa kasihan melihat kehidupan mereka yang harus bersembunyi dan terpisah dari manusia berkaki dua yang selalu menyusahkan mereka.  Mereka sama rapuhnya dengan mamalia laut lain seperti lumba-lumba dan paus.  Terlebih sekarang lautan dikotori dengan polusi buatan manusia, penangkapan ikan ilegal, percobaan teknologi seperti senjata sonar yang mengakibatkan paus-paus diseluruh dunia mati.

Aku baru mengetahui bahwa mereka senantiasa berdampingan dengan lumba-lumba dan paus untuk bermigrasi bersama-sama.  Sebenarnya keberadaan mermaid telah menghebohkan masyarakat di sebuah kota kecil di Israel yang melihat sosok duyung di perairan mereka.  Dan ternyata para scientist telah secara tidak sengaja menemukan sebuah mayat mermaid di dalam perut seekor hiu.  Ini berarti tidak dapat diragukan lagi kebenarannya.  Mermaid ada di lautan sana.  

Setelah menonton dokumenter ini, aku merasa bahwa sudah keharusan bagi kita untuk menjaga ekosistem laut.  Karena kita bukan hanya sekedar menjaga kelestarian ikan-ikan, atau mahluk kecil dan besar di dalamnya, tapi kita juga melindungi SESAMA spesies kita yakni manusia laut.  Ingat nasib mereka juga ditangan kita.  Keberadaannya akan punah sama seperti spesies mamalia lain yang kita buru.  Hormati teritori mereka dan jagalah kebersihan laut.  Hentikan merusak lingkungan dengan bahan-bahan berbahaya. 

Ini adalah sebuah bukti kebesaran Tuhan yang menciptakan berbagai macam jenis mahluk yang berbagi dunia dengan kita manusia.  Mereka tidak sepatutnya takut pada manusia, karena kita menghormati mereka.  Kita hanya perlu sekedar tahu, bahwa mereka ada.  Biarkan mereka dengan dunianya, jangan buru mereka, jangan cari mereka.  Sekarang aku tahu..Dongeng bukan lagi sebuah khayalan, tapi benar-benar realita. 

I was so lucky to watch this..It was an eye opening story.

Monday, June 10, 2013

Belajar Hidup Sederhana Dari Para Amish

Hari ini aku menghabiskan waktu santaiku dengan menonton NatGeoAdv mengenai kehidupan para Amish di sebuah negara bagian Amerika.  Amish adalah sebuah komunitas kecil di Amerika yang menganut kepercayaan kristen orde lama.  Ajaran mereka adalah hidup berdasarkan aturan-aturan yang ada di dalam kitab bible mereka yang mengharuskan mereka untuk hidup sederhana, bekerja keras, dan mengutamakan kerukunan keluarga dan komunitas mereka.  

Dari jaman nenek moyang mereka, komunitas ini sama sekali tidak boleh memiliki teknologi seperti telepon, komputer dan lain sebagainya dan masih tetap mempertahankan keaslian kehidupan jaman dahulu kala, tanpa listrik, tanpa kemewahan.  Dalam hal transportasi pun mereka tetap menggunakan kereta dan kuda. Terisolasi dari dunia luar tidak membuat mereka tak berdaya dan tetap survive.

Dalam hal pakaian dan penampilan, mereka juga tidak mengikuti perkembangan mode. Mereka mengenakan pakaian tertutup yang panjang bagi wanita, dan memelihara janggut bagi yang pria.  Itulah ciri khas Amish.  Mereka hidup secara gotong royong dengan bertani, berburu, dan juga memancing ikan. Komunitas ini persis sekali dengan manusia yang hidup di jaman victorian atau mungkin abad pertengahan.

Aku pikir komunitas ini, akan survive bila suatu ketika dunia gelap karena kehabisan bahan bakar.  Karena apa? Karena mereka tidak pernah menggunakan listrik dan bahan bakar untuk mobil mereka.  Teknologi membuat kita manusia menjadi semakin malas dan manja, benar apa benar?;)  Teknologi memang membuat kehidupan kita semakin mudah,  tapi dampak jangka panjangnya tak pernah kita pikirkan.

Contoh saja mobil yang kita pakai sehari-hari, tentu saja itu bisa membawa kita jauh, tapi apa yang akan terjadi suatu saat bila kita kehabisan bahan bakar?  Teronggok sia-sia dan ditinggalkan. Belum lagi emisi gas buang yang ditimbulkan mengakibatkan polusi bagi udara segar kita.

Para amish membuatku berpikir bahwa kualitas hidup kita tidak bergantung pada semua hal yang terbaik.  Banyak orang yang menginginkan memiliki semua benda yang berkualitas terbaik, seperti mobil yang terbagus, pakaian yang indah dan mahal, perhiasan, gadget-gadget bermerek tapi apakah semua itu penentu kebahagiaan kita?  Hidup dengan teknologi modern malah justru membodohi kita.  Mengapa? Karena semuanya sudah dipermudah.  Kita dibuat terlena dengan segala kemudahan dan akhirnya lupa pada nilai kerja keras, dan usahanya.

Para Amish mengajari kita, meski tanpa teknologi mereka mampu bertahan hidup.  Dan dengan kesederhanaan, mereka mengajarkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.  Mereka rajin membaca al kitab, mereka bergotong royong dalam membangun rumah dan mereka mempertahankan nilai-nilai luhur kehidupan.  Dengan terlenanya kita pada teknologi dan ketergantungan kita pada bahan bakar dan energi seperti listrik, kita jadi lupa insting kita untuk bertahan hidup dalam keadaan darurat.

Coba kita berpikir, bila pada suatu saat tidak lagi ada listrik atau bahan bakar untuk memasak, atau untuk mengisi suply bahan bakar mobil kita, apa yang bisa kita lakukan? Aku yakin kita pasti akan menggerutu dan bingung, atau bahkan mungkin panik. Kita tidak tahu bagaimana caranya menyalakan api tanpa korek? Kita terpaksa kembali bercocok tanam, dan harus membiasakan diri buang air tanpa menggunakan air karena terbiasa enak dengan toilet yang serba flush? In the end, kita akan kembali menjadi manusia primitif.

Mungkin bagi para manusia modern jaman sekarang melihat komunitas Amish ini seperti melihat sekumpulan orang-orang yang terbelakang atau primitif, tapi aku rasa kelak merekalah yang akan tertawa belakangan. 

Jadi pelajaran kali ini yang bisa aku ambil adalah, hiduplah sederhana.  Belajar untuk tidak rewel atau manja dengan teknologi.  Ayo kembali ke alam, mari gunakan akal dan tenaga kita untuk membangun keluarga, memiliki waktu untuk mendalami al kitab, dan berpakaianlah dengan rapih dan sopan.  

Seperti kata-kata bijak para Amish, "Teknologi tidak membuatmu menjadi freedom, jika kau berpikir dengan memiliki kebebasan duniawi kau benar-benar bebas, sebenarnya itu bukanlah nyata."

Wednesday, May 22, 2013

Jangan Pernah Menyesal Menjadi Manusia Yang Baik

Menjadi seseorang yang memiliki hati yang baik bisa jadi dialah yang paling menderita.  Manusia yang baik biasanya jadi lahan dimanfaatkan oleh orang lain, tetapi meski begitu jangan pernah sedikitpun punya rasa menyesal memiliki kebesaran jiwa dan hati yang murni.  Cinta yang murni adalah cinta yang tulus, siap memberi tanpa berharap kembali. - A notes to myself.

Sunday, May 19, 2013

Bacalah Dari Dua Sudut Kacamata

Aku pernah menulis di blogku tentang bagaimana kita harus berhati-hati dalam memilih kalimat-kalimat bijak atau quotations, atau kata-kata motivasi dari orang lain.  Bukan bermaksud mengecilkan, tapi kadang tingkatan atau level spiritual atau pengalaman seseorang itu belum tentu menjadikan dia bijaksana.  Kata-kata bijak yang dibuat bisa jadi menggunakan bahasa-bahasa santun dan merupakan hasil pemikiran seseorang, tapi belum tentu apa yang dia tulis bisa dibenarkan.  Berikut ini adalah link yang saya copas dari sebuah laman, yang kebetulan sekali mendukung pemikiranku. Apa yang dituliskan penulis dibawah adalah sebuah contoh dari bagaimana kita harus benar-benar berhati-hati dalam menyimak sebuah kata-kata bijak.  Well..at least ini menurutku, mungkin bloggers punya penangkapan yang berbeda dengan versiku. Silahkan direnungkan..


Berjuang Melawan Diri Sendiri
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Sebagian manusia memberikan motivasi yang tampaknya benar, tetapi jika kita mengikutinya, maka akan menjauhlah kita dari hidayah. Inilah langkah yang menjadikan kita semakin mengagungkan hawa nafsu, entah apa pun namanya dalam dunia motivasi. Di antara kalimat motivasi yang sekilas bagus, tapi kalau kita ikuti dapat membuat kita terjerumus itu adalah:

"Jangan paksakan apapun yang tidak kau sukai. Jika bukan dari keinginan diri sendiri, maka segalanya hanyalah sesuatu yang sia-sia."

Sungguh, sangat berbeda dengan yang agama kita ajarkan. Kita diperintah untuk bersungguh-sungguh melaksanakan kewajiban, meskipun kita tidak menyukainya. Kita diperintahkan untuk berjuang melawan hawa nafsu kita. Bukan sibuk memperturutkannya. Acuan utama kita saat melakukan sesuatu adalah, ia sesuai dengan tuntunan atau bertentangan. Jika sesuai tuntunan, kita perlu belajar menaklukkan diri sendiri agar apa yang tidak kita sukai tersebut, akhirnya dapat menjadi bagian dari diri kita dan dapat senantiasa kita jalani sepenuh kesungguhan. Jika bertentangan dengan tuntunan, meski kita amat menyukai, maka sepatutnya kita berusaha untuk meninggalkannya. Meski passion kita di situ.

Renungi sejenak hadis ini:

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

”Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, dan neraka dikelilingi oleh kenikmatan.” (HR. Muslim).

Semoga Allah Ta'ala limpahkan hidayah kepada kita. Semoga Allah Ta'ala kuatkan kita untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Teach Your Child To Love Animals

Yep! Agree!

Friday, May 17, 2013

Be Thankful..

Be thankful that you don’t already have everything you desire,
If you did, what would there be to look forward to?
Be thankful when you don’t know something
For it gives you the opportunity to learn.

Be thankful for the difficult times.
During those times you grow.
Be thankful for your limitations
Because they give you opportunities for improvement.
Be thankful for each new challenge, it will build your strength
and character.

Be thankful for your mistakes
They will teach you valuable lessons.
Be thankful when you’re tired and weary
Because it means you’ve made a difference. (Unknown)

Thursday, May 2, 2013

Kemampuan Untuk Menyelaraskan Antara Logika Dan Nurani

Allah memberi manusia otak dan juga nurani.  Otak adalah untuk berpikir dengan logika untuk menyelesaikan permasalahan, tapi nurani adalah tuntunannya. Jadi jangan hanya bergantung pada logika karena terkadang itu bisa salah.  Nuranilah yang selalu membimbing kita pada kebenaran.  Belajar menggunakan keduanya dengan seimbang.

Saturday, April 27, 2013

Mendidik Anak, Versi Orangtua Dan Nenek/Kakek

Setiap orang tua punya cara masing-masing dalam mendidik putra putrinya.  Dan sering kita dengar konflik yang terjadi antara orangtua dengan nenek/kakek mereka dalam hal mendidik anak/cucu mereka. Dalam hal mendidik seorang anak/cucu, dibutuhkan kesadaran peran antara orang tua sebagai ayah/ibu dan peran sebagai nenek/kakek.  Karena rasa sayang seorang nenek/kakek terhadap cucu yang berlebihan membuat sang cucu merasa mendapat perlindungan dimana peran ayah/ibu menjadi lemah dimata anak.  

Contoh dalam hal mendisiplinkan misalnya, anak makan disuap oleh neneknya, padahal sang ibu menginginkan anaknya untuk lebih mandiri dengan mengajarkan sang anak untuk makan sendiri di meja makan bersama-sama.  Tapi kemudian sang anak/cucu meminta disuapi oleh sang nenek, dan akhirnya nenek mau menyuapi dengan alasan 'kan dia masih kecil'.  Disinilah timbul konflik mengenai masalah otoritas.  Karena sang nenek dengan caranya yang memanjakan, akhirnya si cucu/anak ini kurang menghargai otoritas ayah/ibunya sendiri.

Ketika ayah/ibunya memberi nasihat atau memarahi perbuatan anak yang tidak baik, maka larilah si anak kebelakang nenek/kakek mereka untuk mencari perlindungan, karena mereka tahu neneklah yang akan membelanya. Inilah sekelumit permasalahan dalam hal disiplin dan mendidik anak. 

Bila peran kita sebagai seorang nenek/kakek ada baiknya bila kita menghormati dan menghargai cara anak kita dalam mendidik putra-putri mereka. Hindari mengkritik anak dalam usahanya mendidik anak-anak mereka. Dan jangan pula kita mencampuri urusan mereka dalam hal kedisiplinan. Karena walau bagaimana pun kita harus memiliki kesadaran bahwa pengalaman kita dahulu sangat berbeda dengan pengalaman dan pemahaman anak kita dalam mendidik dan mendisiplinkan anak-anak mereka. 

Terkadang anak kita belajar dari cara kita memperlakukan mereka ketika mereka masih kanak-kanak, sehingga mereka memperlakukan anak-anak mereka lebih baik daripada kita.  Kita juga tak selayaknya menganggap bahwa sebagai orang tua, kita selalu benar.  Kadang justru anak-anak lebih dewasa daripada yang kita sangka.  Meski masih kecil, ingatan seorang anak sangat kuat, bahkan memori tersebut mereka bawa hingga mereka dewasa. Memori tersebut menjadikan seorang ayah/ibu menggunakan pengalamannya dalam hal peranannya sebagai orang tua dikemudian hari.

Jadi, alangkah baiknya bila di dalam sebuah rumah, anak dan orang tua saling menghargai perannya masing-masing serta saling memberi inspirasi atau contoh yang baik kepada anak/cucu mereka.

What's Dog Teaches You

Manusia belajar arti memaafkan dari hewan yang bernama anjing.  Anjing tidak pernah mengingat kesalahan-kesalahan yang dilakukannya atau manusia di waktu lampau. - Caesar Millan.

Tuesday, April 23, 2013

Dove Real Beauty Sketches

Yup selama ini aku terlalu mengkritik diri sendiri, meragukan keindahan dan kualitas diri.  Selalu fokus pada kekurangan yang terlihat oleh mata serta lupa pada keunikan pribadi dan apa yang ada di dalam diri sendiri.  It's very inspiring ads.  Thanks Dove.

Monday, April 22, 2013

A Converter Story

Ini adalah sebuah link yang dikutip dari Facebook, Enlightening Your Soul.  Sebuah kabar gembira tentang seorang islamophobe yang convert menjadi seorang muslim. Subhanallah..Semoga menjadi sebuah oasis bagi kaum muslimin.

MADINAH – Former Dutch Islamophobe and a former leading member of far-right Dutch politician Geert Wilders’ party Arnoud Van Doorn visited the Prophet’s Mosque in Madinah to pray and say sorry for becoming part of a blasphemous film.

Doorn was among the Freedom Party leaders who produced the blasphemous film, Fitna. Last month he reverted to Islam after an extensive study about the religion and the Prophet (peace be upon him).

He said that the worldwide outrage against the film made him study about the Prophet (pbuh) and that eventually led to his conversion.

He headed for Makkah to perform Umrah after meeting the two imams of the Prophet’s Mosque, Sheikh Ali Al-Hudaifi and Sheikh Salah Al-Badar, who enlightened him on how to lead the life of a good Muslim and confront challenges facing Islam in the West.

A member of the Dutch parliament and The Hague City Council, Doorn announced his decision to accept Islam on his Twitter profile. He also posted a tweet in Arabic declaring that “there is no god but Allah and Muhammad is his Prophet.”

At first, other users took the news as a joke. After all, an active supporter of a notorious Dutch hater of Islam, Wilders, he repeatedly approved Islamophobic statements and public actions, and personally participated in them.

But Doorn, who now serves as a regional adviser at the City Hall in The Hague, personally confirmed his decision to practice Islam in an official letter to the city mayor.

Most recently, the politician filed a formal application to the mayor of the city to allow him to perform prayers obligatory for Muslims during his working hours.

“I can understand people are skeptic, especially that it is unexpected for many of them,” Doorn told Al-Jazeera English satellite channel.

“This is a very big decision, which I have not taken lightly.”

“In my own close circle people have known that I have been actively researching the Qur’an, Hadith, Sunnah and other writings for almost a year now,” he said.

“In addition, I have had numerous conversations with Muslims about the religion.”

Driven by his party’s anti-Islam discourse, Doorn decided to dig in for the truth about the religion himself.

“I have heard so many negative stories about Islam, but I am not a person who follows opinions of others without doing my own research,” he said. “Therefore, I have actually started to deepen my knowledge of Islam out of curiosity.”

The 46-year-old has continued on The Hague Council as an independent candidate since splitting from Wilders’s party. Doorn’s decision to embrace Islam has won mixed reactions in the Netherlands.

“According to some people I am a traitor, but according to most others I have actually made a very good decision,” he told Al-Jazeera.

“The reactions are generally positive and I also received quite some support via twitter.

“It feels good that people who do not know me personally have understanding of my situation and support me in my choice.”

Asked if he now regretted joining the Freedom Party, he replied: “I have learned that every experience in life has a purpose. However, with the knowledge I have today, I would have undoubtedly made a different choice.”

For the Dutch politician, finding Islam was finally guiding him to the true path in his life. “I have made mistakes in life as many others. From these mistakes I have learned a lot,” Doorn said.

“And by my conversion to Islam I have the feeling that I finally found my path. I realize that this is a new start and that I still have much to learn as well.”

Majed Al-Sugairi
Okaz/Saudi Gazette
http://www.saudigazette.com.sa//index.cfm?method=home.regcon&contentid=20130422162428

Sunday, April 21, 2013

Shalatmu Ibadahmu

Menurut hadist Rasul, shalat mencegah kita dari perbuatan keji itu terbukti, benar.  Tapi pernahkah kita sadari bahwa sesungguhnya shalat itu adalah untuk melatih kita menghadapi kematian?  Ketika shalat kita diharuskan untuk khusyuk fokus menghadap Allah SWT.  Kadang ketika shalat bolehlah kita jujur, bahwa pikiran kita selalu melayang ke hal-hal duniawi dan lupa bahwa kita sedang berhadapan dengan Allah.

Padahal ketika suatu hari nanti sakaratul maut memanggil kita, kepada siapa kita kembali? Kepada Allah.  Dan manusia kebanyakan sulit untuk melepaskan keterikatannya pada dunia.  Bagi orang-orang yang pernah melihat proses seseorang melewati sakaratul maut, kita pasti sering mendengar, cerita-cerita tentang orang-orang yang meninggal dalam keadaan yang kesakitan, dan ada yang meninggal dengan mudahnya.  Kenapa? Karena bisa jadi, seseorang itu mungkin masih terikat pada keduniawian dan belum siap menghadapi ajal.  Tapi bila seseorang itu khusyuk, dia telah melatih dirinya untuk senantiasa ingat dan fokus pada pertemuannya dengan Allah pada setiap kesempatan dalam hidupnya, insyaAllah ketika menghadapi sakaratul maut dia ikhlas dan senantiasa fokus pada kepulangannya menghadap Allah. 

Yang perlu kita sadari adalah, bagaimana belajar untuk khusyuk ketika shalat lima waktu.  Bagaimana cara kita melupakan sejenak urusan duniawi dan betul-betul fokus pada percakapan kita dengan Allah SWT.  Saya pribadi lebih menyukai keheningan dan kegelapan ketika shalat.  Tidak ada bunyi apapun yang sekiranya bisa merusak konsentrasi beribadah.  Ruang yang sempit pun bisa membantu kita untuk fokus pada shalat kita.  Saya jadi teringat cara seorang kristiani beribadah.  Mereka memiliki sudut atau sebuah altar yang hanya diterangi lilin dan meja untuk berdoa.  Shalatpun juga seperti itu hanya saja perbedaannya adalah kita menghadap arah kiblat dan tidak mengenakan altar ataupun lilin dan hanya sujud diatas sajadah.

Memiliki sudut khusus dirumah atau membuat sebuah mini mushola di dalam rumah adalah ide yang bagus.  Disitu adalah tempat yang ternyaman untuk kita 'bertapa' dengan Allah.  Semua itu kita kembalikan pada setiap individu bagaimana cara mereka dalam beribadah. Semoga dengan selalu mengingat Allah, kita akan kembali kepada-Nya dengan khusnul khotimah.  Aamiin Ya Robbal aalaamin.

Monday, April 15, 2013

Javanesse Philosophy

Sebagai seorang keturunan Jawa, aku berusaha menilik kembali filosofi Jawa yang dipegang oleh para leluhur-leluhurku.  Menurutku filosofi Jawa ini bagi mereka yang percaya sama seperti kaidah-kaidah Islami, dan mirip dengan pemahaman-pemahaman sufisme.  Dan aku rasa sangat bagus untuk dishare sebagai bahan pembelajaran kita semua.  

DALAM berfilosofi, orang Jawa seringkali menggunakan unen-unen untuk menata hidup manusia. Makna dari ungkapan-ungkapan Jawa ini seringkali tidak dipahami oleh sebagian besar keturunan etnis Jawa di era modern ini. Maka tidak salah, jika muncul sebutan, "Wong Jowo sing ora njawani".

Filosofi Jawa dinilai sebagai hal yang kuno dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut berlaku terus sepanjang hidup. Warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bahkan mampu menambah wawasan kebijaksanaan.  Berikut 10 dari sekian banyak falsafah yang menjadi pedoman hidup orang Jawa.

1. Urip Iku Urup
Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.

2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara

Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.

3. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan.

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan

Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Jangan mudah terheran-heran. Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut-kejut. Jangan mudah ngambeg, jangan manja.

7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.

8. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.

Saturday, April 6, 2013

Jadilah Seperti Padi

Padi mengajarkan kita arti rendah hati.  Semakin berisi semakin merunduk.  Semakin dewasa, semakin sederhana, semakin berilmu, semakin low profile.

Friday, April 5, 2013

Mindfulness, Compassion & Deep Listening: From Oprah Winfrey's Interview with Thich Nhat Hanh, 2012

Good link..An interviewed between Oprah and Thich Nhat Hanh.


Oprah: Okay. We've been talking about mindfulness, and you've mentioned mindful walking. How does that work?

Nhat Hanh: As you walk, you touch the ground mindfully, and every step can bring you solidity and joy and freedom. Freedom from your regret concerning the past, and freedom from your fear about the future.

Oprah: Most people when they're walking are thinking about where they have to go and what they have to do. But you would say that removes us from happiness.

Nhat Hanh: People sacrifice the present for the future. But life is available only in the present. That is why we should walk in such a way that every step can bring us to the here and the now.

Oprah: What if my bills need to be paid? I'm walking, but I'm thinking about the bills.

Nhat Hanh: There is a time for everything. There is a time when I sit down, I concentrate myself on the problem of my bills, but I would not worry before that. One thing at a time. We practice mindful walking in order to heal ourselves, because walking like that really relieves our worries, the pressure, the tension in our body and in our mind.

Oprah: The case is the same for deep listening, which I've heard you refer to.

Nhat Hanh: Deep listening is the kind of listening that can help relieve the suffering of another person. You can call it compassionate listening. You listen with only one purpose: to help him or her to empty his heart. Even if he says things that are full of wrong perceptions, full of bitterness, you are still capable of continuing to listen with compassion. Because you know that listening like that, you give that person a chance to suffer less. If you want to help him to correct his perception, you wait for another time. For now, you don't interrupt. You don't argue. If you do, he loses his chance. You just listen with compassion and help him to suffer less. One hour like that can bring transformation and healing.

Oprah: I love this idea of deep listening, because often when someone comes to you and wants to vent, it's so tempting to start giving advice. But if you allow the person just to let the feelings out, and then at another time come back with advice or comments, that person would experience a deeper healing. That's what you're saying.

Nhat Hanh: Yes. Deep listening helps us to recognize the existence of wrong perceptions in the other person and wrong perceptions in us. The other person has wrong perceptions about himself and about us. And we have wrong perceptions about ourselves and the other person. And that is the foundation for violence and conflict and war. The terrorists, they have the wrong perception. They believe that the other group is trying to destroy them as a religion, as a civilization. So they want to abolish us, to kill us before we can kill them. And the antiterrorist may think very much the same way—that these are terrorists and they are trying to eliminate us, so we have to eliminate them first. Both sides are motivated by fear, by anger, and by wrong perception. But wrong perceptions cannot be removed by guns and bombs. They should be removed by deep listening, compassionate listening, and loving space.

Oprah: The only way to end war is communication between people.

Nhat Hanh: Yes. We should be able to say this: "Dear friends, dear people, I know that you suffer. I have not understood enough of your difficulties and suffering. It's not our intention to make you suffer more. It is the opposite. We don't want you to suffer. But we don't know what to do and we might do the wrong thing if you don't help us to understand. So please tell us about your difficulties. I'm eager to learn, to understand." We have to have loving speech. And if we are honest, if we are true, they will open their hearts. Then we practice compassionate listening, and we can learn so much about our own perception and their perception. Only after that can we help remove wrong perception. That is the best way, the only way, to remove terrorism.

Oprah: But what you're saying also applies to difficulties between yourself and family members or friends. The principle is the same, no matter the conflict.

Nhat Hanh: Right. And peace negotiations should be conducted in that manner. When we come to the table, we shouldn't negotiate right away. We should spend time walking together, eating together, making acquaintance, telling each other about our own suffering, without blame or condemnation. It takes maybe one, two, three weeks to do that. And if communication and understanding are possible, negotiation will be easier. So if I am to organize a peace negotiation, I will organize it in that way.

Oprah: Is there ever a place for anger?

Nhat Hanh: Anger is the energy that people use in order to act. But when you are angry, you are not lucid, and you might do wrong things. That is why compassion is a better energy. And the energy of compassion is very strong. We suffer. That is real. But we have learned not to get angry and not to allow ourselves to be carried by anger. We realize right away that that is fear. That is corruption.

Oprah: What if in a moment of mindfulness you are being challenged? For instance, the other day someone presented me with a lawsuit, and it's hard to feel happy when somebody is going to be taking you to court.

Nhat Hanh: The practice is to go to the anxiety, the worry—

Oprah: The fear. First thing that happens is that fear sets in, like, What am I going to do?

Nhat Hanh: So you recognize that fear. You embrace it tenderly and look deeply into it. And as you embrace your pain, you get relief and you find out how to handle that emotion. And if you know how to handle the fear, then you have enough insight in order to solve the problem. The problem is to not allow that anxiety to take over. When these feelings arise, you have to practice in order to use the energy of mindfulness to recognize them, embrace them, look deeply into them. It's like a mother when the baby is crying. Your anxiety is your baby. You have to take care of it. You have to go back to yourself, recognize the suffering in you, embrace the suffering, and you get relief. And if you continue with your practice of mindfulness, you understand the roots, the nature of the suffering, and you know the way to transform it.

Oprah: You use the word suffering a lot. I think many people think suffering is dire starvation or poverty. But when you speak of suffering, you mean what?

Nhat Hanh: I mean the fear, the anger, the despair, the anxiety in us. If you know how to deal with that, then you'll be able to handle problems of war and poverty and conflicts. If we have fear and despair in us, we cannot remove the suffering in society.

Oprah: The nature of Buddhism, as I understand it, is to believe that we are all pure and radiant at our core. And yet we see around us so much evidence that people are not acting from a place of purity and radiance. How do we reconcile that?

Nhat Hanh: Well, happiness and suffering support each other. To be is to inter-be. It's like the left and the right. If the left is not there, the right cannot be there. The same is true with suffering and happiness, good and evil. In every one of us there are good seeds and bad. We have the seed of brotherhood, love, compassion, insight. But we have also the seed of anger, hate, dissent.

Oprah: That's the nature of being human.

Nhat Hanh: Yes. There is the mud, and there is the lotus that grows out of the mud. We need the mud in order to make the lotus.

Oprah: Can't have one without the other.

Nhat Hanh: Yes. You can only recognize your happiness against the background of suffering. If you have not suffered hunger, you do not appreciate having something to eat. If you have not gone through a war, you don't know the value of peace. That is why we should not try to run away from one thing after another thing. Holding our suffering, looking deeply into it, we find a way to happiness.

Video from interview:
http://www.youtube.com/watch?v=lyUxYflkhzo

Tuesday, April 2, 2013

Learn To Forgive

Once, two friends were walking through the desert. During some point of the journey they had an argument, and one friend slapped the other one in the face.

The one who got slapped was hurt, but without saying anything, wrote in the sand: TODAY MY BEST FRIEND SLAPPED ME IN THE FACE.

They kept on walking until they found an oasis, where they decided to cool off and take a bath. The one who had been slapped somehow got stuck in the mire and started drowning, but fortunately his friend saved him.

After he recovered from the incident, he found a large stone and carved on it: TODAY MY BEST FRIEND SAVED MY LIFE.

The friend who had slapped and saved his best friend asked him, “After I hurt you, you wrote in the sand and now, you carve on a stone, why?”

The other friend replied “When someone hurts us we should write it down in sand where winds of forgiveness can erase it away.

But, when someone does something good for us, we must engrave it in stone where no wind can ever erase it.” ♥

SUBHAN ALLAH! When we're badly hurt by someone who we never thought would ever hurt us, forgiving is never easy...nor is forgetting... but till when do we want to live in anger and resentment? Does it benefit us? No! So let's learn...Learn to forgive and somehow forget too... even Rasulullaah (sallAllahu 'alyhi wa sallam) who had been treated badly by the Quraish..., forgave every single one of them in the end. So, let's learn from him, copy him and take the bold step. Let's forgive and forget - Let's learn to write on sand and let the wind of forgiveness blow the hurt and anger away! :)
Sumber: I love Allah Facebook.

Monday, March 11, 2013

How To Survive These Trials

The answers are in Surat Al-Kahf

Survival kit 1:

Good Companionship.

“ And keep thy soul content with those who call on their Lord morning and evening, seeking His Face, and llet not thine eyes pass beyond them, seeking the pomp and glitter of this life, no obey any whose heart we have permitted to neglect the remembrance of Us, one who follows his own desires, whose case has gone beyond all bounds.” (Surah Al-Kahf, verse 28)


Survival kit 2:

Knowing the truth of this world.


“Set forth to them the similitude of the life of this world.  It is like the rain which we send down from the skies.  The earth’s vegetation absorbs it, but soon it becomes dry stubble, which the winds do scatter.  It is (only) Allah who prevails over all things” (Surah Al-Kahf, verse 45)


Survival kit 3:

Humbleness.


“Moses said: “Thou wilt find me, if Allah so will, (truly) patient.  Nor shall disobey thee in aught.” (Surah Al-Kahf, verse 69)


Survival kit 4:

Sincerity


“Say: “I am but a man like yourself, (but) the inspiration has come to me, that your Allah is one Allah.  Whoever expects to meet his Lord, let him work righteousness, and, in the worship of his Lord, admit no one as partner.” (Surah Al-Kahf, verse 110)


Survival kit 5:

Calling to Allah.


“And recite (and teach) what has been revealed to thee of the book of thy Lord.  None can change His Words, and none wilt thou find as a refuge other than Him.” (Surah Al-Kahf, verse 27)

Survival kit 6:

Remembering the hereafter


“One day We shall remove the mountains, and thou wilt see the earth as a level stretch, and We shall gather them, all together, nor shall We leave out any one of them.  And they will be marshaled before thy Lord in ranks, ( with the announcement),  “Now have ye come to Us (bare) as We create you first aye, ye thought We shall not fulfil the appointment made to you to meet (Us).”  And the Book (of Deeds) will be placed (before you); and thou wilt see the sinful in great terror because of what is (recorded) therein, they will say, “Ah! Woe to us!” what a Book is this! It leaves out nothing small or great, but takes account thereof!” They will find all that they did, placed before them.  And not one will thy Lord treat with injustice.” (Surah Al-Kahf, verse 47-49)

Friday, March 8, 2013

Belajar Dari Si Bibi Bag. 2

Setiap orang yang hadir kedalam kehidupan saya selalu membawa kesan yang mendalam bagi saya.  Setiap individu yang bersinggungan dengan kita selalu menjadi seorang guru bagi perkembangan kepribadian kita dan juga saya.  Dulu saya pernah bercerita tentang pelajaran yang saya ambil dari pembantu rumah tangga kami.  Kali ini saya juga akan bercerita tentang pelajaran apa yang saya ambil dari pembantu rumah tangga kami yang baru.

Pembantu kami yang terdahulu saya memanggilnya dengan bibi Darsih adalah seorang yang baik hati, cekatan, gesit, kuat, tipe wanita yang saklek dan rajin.  Dia senang memberi, bertanam dll, pokoknya semua serba bisa.  Bi Darsih ini telah lama sekali setia bekerja dengan rajin dirumah kami.  Tapi berhubung dia sudah semakin tua, dan lagi dikarenakan rumah tinggalnya cukup jauh dari kami, maka dia dengan terpaksa mengundurkan diri alias minta berhenti bekerja. 

Sekarang kami telah menemukan pengganti pembantu rumah tangga baru yang bernama Bi Isah.  Bi Isah ini agak berbeda.  Dia juga seorang wanita berusia sekitar 48 tahunan.  Keahliannya adalah memasak masakan Korea.  Kali ini saya dibuat wow dengan semangatnya yang luar biasa.  Dia juga tidak mau merasa tua, saya bisa melihatnya dari cara dia berpakaian.  Untuk wanita seusianya yang mendekati 50 tahun, dia berani mengenakan pakaian warna-warna terang, dengan aksesoris dan sandal yang matching sewarna dengan pakaiannya.  Kalau dia hari ini mengenakan pakaian warna hijau muda, sandalnya pun juga dengan warna yang senada. Dia selalu mengenakan jins warna warni selutut Bloggers..Saya pikir, "hmm..boleh juga nih ditiru:)".

Saya melihat bi Isah ini adalah wanita dengan rasa percaya diri yang tinggi.  Kalau saya, belum pernah tuh terpikir untuk mengenakan pakaian berwarna warni mencolok yang terang.  Yah..kalau warna merah cabai, ungu, dan, kuning sih okelah saya sering pakai warna-warna seperti itu. Tapi hijau muda, pink, atau biru muda? uhahaha..mikir dua kali.  Tapi aku salut juga sama si bibi ini, dia bilang hidup itu dijalani saja dengan happy.  Dia juga mengatakan pada saya bahwa, kita jangan sampai menjadi seorang yang pemalas, harus semangat dan ceria menghadapi hidup.  Dia juga mengajari saya untuk bersenang-senang.  Dia memberi contoh bahwa dia suka menyanyi di lingkungannya.  Yah semacam penyanyi keliling kalau ada hajatan.  Pantas saja dia terlihat awet muda:) Okelah kalau begitu..

Mulai sekarang saya harus lebih semangat dari si bibi..:) Jika dipikir-pikir iya benar juga ya..buat apa sih hidup bersedih-sedih terus.  Capek ah..Hidup terasa diam ditempat jika kita tidak bangkit dan terus berjalan. Hatur nuhun atuh nya' Bi..Terima kasih buat inspirasinya.