Aku merasa hubunganku dengan tuan mudaku sedang berada di ujung persimpangan. Sudah dua minggu ini aku merasakan jarak terbentang yang semakin lebar di antara kami. Bermula dari hilangnya rasa simpatiku pada sikapnya yang tidak lagi perhatian padaku seperti dulu, lalu dengan kembalinya wanita yg dia cintai ke Indonesia, dan mungkin juga kesibukan-kesibukan yang menyita waktunya. Tidak ada yang bisa aku lakukan saat ini, aku hanya seorang perempuan. Aku hanya bisa menerima dan menunggu saja, pasif..karena aku tidak bisa maju lebih dari pada apa yang aku bisa dapatkan melainkah sebuah persahabatan semata.
Kini aku sendiri lagi seperti dulu, sewaktu dia belum datang dalam kehidupanku. Manusia masih datang dan pergi begitu saja dalam kehidupanku. Terkadang aku selalu berharap seseorang datang dan tinggal bersamaku selamanya dalam suka dan duka. Mengasihi aku tanpa pamrih, mencintai aku apa adanya dengan seluruh kekurangan dan kelebihanku. Seseorang yang tidak memanfaatkan kelemahanku dan kekuatanku.
Aku memang tidak berharap banyak dari dia. Semua hal aku pasrahkan padaNya dan pada si diaku juga. Dialah yang menentukan apa yang dia inginkan dari diriku. Jika ia tidak mencintai aku dengan tulus maka biarlah ini menjadi pertemanan biasa saja. Aku juga bukan wanita yang suka mencuri pasangan orang lain. Meskipun cinta mati sekalipun, aku tidak akan mau membiarkan egoku menguasai orang lain untuk menjadi seperti apa yang aku mau. Tidak..bukan seperti itu.
Aku lebih percaya pada jodoh semata, pasangan yang memang sudah ditentukan olehnya dan sudah di set sedikian rupa olehNya pula. Ada waktunya untuk menunggu dan ada saatnya untuk bahagia. Bukan aku penentu siapa yang akan mendampingi aku, tapi Allah saja yang Maha mengetahui siapa yang terbaik menurutNya seseorang yang sudah dia takdirkan untukku. Jadi..ya sudah..apa pun yang telah terjadi, terjadilah..Aku juga tidak tahu apakah aku masih punya sedikit rasa itu padanya ataukah memang sudah habis tidak bersisa?
No comments:
Post a Comment