Tuesday, July 10, 2012

Harga Diri=Sombongkah?

Aku ingat pada seseorang yang mungkin mengira aku ini wanita yang sombong.  Begini ceritanya, suatu ketika seseorang yang saat itu dekat denganku berniat baik ingin memberi anakku angpau hadiah lebaran.  Tapi begitu dia berikan kepadaku aku menepisnya dengan kasar dan mengatakan, "untuk apa ini?".  Dia menjelaskan kepadaku bahwa uang itu adalah hadiah lebaran dia untuk anakku, tapi aku bersikeras menolaknya. Mungkin saat itu perasaannya sedih atau juga kecewa seperti ketika uang seratus pemberianku dibuang oleh si pengamen dijalan. 

Sekarang baru aku menyadari mengapa mungkin dia berpikir aku ini wanita yang sombong.  Ah seandainya saja dia tahu alasan dibalik mengapa aku menolak pemberiannya yang tulus itu.  Bukan karena aku tidak butuh uang itu, tapi lebih karena menjaga harga diriku sebagai perempuan.  Mungkin bloggers menilaiku sama bahwa aku ini terlalu sombong atau prideful.  Tapi seandainya saja dia mengerti perasaanku, bahwa sesungguhnya aku merasa malu bila dikasihani, dan aku juga bukan seorang wanita murahan yang dikasih uang Rp. 50.000 saja sudah senang.  

Tapi aku mengakui aku pun salah dalam mengambil sikap.  Seharusnya aku menolaknya secara halus dan mengatakan secara baik-baik rasa gratefulku terhadap bantuannya.  Tapi bukan salahku juga bila aku menampik pemberiannya itu.  Kondisinya saat itu, dia memberikan uang itu ketika posisiku ada dibelakangnya dan dia menyetir di depan seperti memberi uang kepada seorang pembantu saja.  Ya jelaslah aku tidak mau dianggap serendah itu.  Dia memberi uang itu dengan cara yang salah pula, seperti memberi uang kepada joki dijalan yang menumpang didalam mobilnya.  

Dia tidak tahu betapa sedihnya aku saat itu bloggers.  Ada rasa kecewa, dengan sikapnya yang seperti itu padahal mungkin niatnya baik.  Tapi harga diriku terlalu tinggi untuk mau diperlakukan seperti itu, makanya aku menolak pemberiannya.  Bukan karena menampik rezeki, hanya saja aku menghargai diriku sendiri.  

Memang seseorang takkan pernah tahu dalamnya hati orang lain hingga ia berada di posisinya.  Dalam hal ini, aku sadar bahwa kita berdua memang dalam kondisi yang misunderstanding.  Aku berharap semoga suatu hari mata hati dia terbuka mengenai siapa aku.  Sebagai seorang single parent, posisiku sangat sulit dimata masyarakat.  Dan ini membuat aku sangat menjaga sikapku sebagai seorang janda.  Aku tidak ingin orang lain mengasihani.  Memang baik menyantuni janda, tapi sebaiknya berlakulah dengan cara yang benar dan tidak membuat dia tersinggung.  Banyak cara berbuat baik terhadap orang lain khususnya kaum single parent atau orang tua tunggal.  

Karena menurut hadist sebaik-baiknya amal adalah mereka yang menyantuni para janda dan anak yatim.  Jadi bantulah mereka dengan cara yang tulus dan ikhlas dan hormati mereka juga.  Janda itu tidak semuanya negatif, kasihan dong mereka-mereka yang perempuan baik-baik.  Eh..kok jadi melantur ya.  

Yah begitulah korelasi ceritaku ini.  Aku tidak suka dibilang sombong, lha wong aku ini tidak punya apa-apa yang bisa aku sombongkan kok.  Aku hanya seorang ibu rumah tangga biasa, seorang wanita rumahan yang pemalu dan sederhana.  Mau sombong apa sih? keluar negeri pun aku belum pernah kecuali singapore:)

Sekilas masa lalu yang bisa dijadikan pelajaran:)

No comments:

Post a Comment