Aku suka bingung sendiri kalo melihat banyak pasangan yang bisa saling tukar cerita, terutama jika aku melihat seorang cewek yang bisa bebas ngobrol apa saja dengan pasangannya. Masalahnya aku belum pernah sharing seperti itu ke orang terdekat sekalipun. Entah seperti ada yang menghalangiku untuk membuka siapa diriku yang sebenarnya. Bukan karena aku tidak jujur, aku hanya tidak mengerti bagaimana cara membuka diri. Mungkin karena dari kecil aku dibesarkan dengan sikap don't ask don't tell gitu dari orang tuaku. Sehingga aku secara tidak sadar menyimpan semua unek-unek, dan pikiran-pikiran hanya untuk diriku sendiri. Aku terkadang suka sedih lho bloggers..merasa bahwa seandainya saja aku mampu membuka diriku, tapi rasanya kok sulit sekali. Sepertinya harus ada seseorang yang bisa membuatku nyaman dan percaya padanya bahwa aku bisa menjadi diriku sendiri seperti apa adanya tanpa harus takut untuk dikritik, atau dikucilkan atau dinilai-nilai. Itulah sebabnya mungkin aku seperti seorang yang membosankan bagi orang lain, karena ketidak mampuanku untuk berbagi. Aku biasanya lebih banyak mencari tahu mengenai orang lain, ketimbang membiarkan orang lain tahu lebih banyak tentang diriku. Bagiku butuh waktu yang lama untuk bisa mengungkap siapa diriku sebenarnya terhadap seseorang hingga aku bisa mempercayainya untuk berbagi. Kecuali jika memang orang itu benar-benar tertarik untuk mengetahui siapa diriku lebih jauh.
Aku mengharapkan, suatu hari nanti ada orang yang benar-benar bisa menjajaki aku lebih jauh, menggali siapa aku dan tetap setia bersamaku even if i am right or wrong. A person who is capable to stand besides me in sickness or in health, in happy or sorrow till death do us apart (lho kok kayak wedding vow ya hehe..)
Ternyata masa kecil itu memang berpengaruh sangat kuat terhadap kehidupan kita. Makanya sikapku terhadap anakku tidak seperti apa yang orang tuaku terapkan padaku. Aku membiarkan anakku mengungkapkan perasaannya, membiarkan ia berbicara atau mendebatku, karena dengan cara seperti itu aku yakin dia akan percaya pada dirinya sendiri. Inilah aku karena sewaktu kecil aku selalu tidak diperbolehkan mengungkapkan perasaan, tidak boleh mendebat orang tua, tidak boleh ini, tidak boleh itu. Seharusnya mereka tidak boleh berpikir bahwa dengan berbicara, akan menjadikan si anak kualat atau kurang ajar, tapi ini demi kepentingan sang anak mengungkapkan perasaannya. Betapa menderitanya aku ini sebenarnya, rasa ingin berbagi itu seperti sebuah kebutuhan yang amat sangat ingin dikeluarkan dari hati ini. Tapi, apa daya aku tidak tahu kapan saat yang tepat, dan bagaimana caranya. I need someone who likes to talk and who wants to know about me. Who likes to dig about me..
No comments:
Post a Comment