Kemarin rapat orang tua murid disekolah, sang kepala sekolah membahas sambil sedikit ngomel2 kepada kami para orang tua murid. Pasalnya, beliau sering mendapat keluhan dari para orang tua murid yang menanyakan mengenai mengapa sekolah kami belum juga mengajarkan calistung singkatan dari baca, tulis dan hitung?
Beginilah alasan kepala sekolah kami dalam menjawab pertanyaan tersebut. Bahwa sesungguhnya anak usia Tk belum boleh diajarkan calistung dikarenakan harus belajar penggunaan syaraf motoriknya terlebih dahulu, yakni ketika sang anak mulai belajar menggerakkan tangannya terlebih dahulu dgn baik. Makanya pelajaran bagi anak seusia ini, hanya diajarkan menyanyi, mewarnai, menulis huruf dan angka, dan yang terpenting lagi adalah penanaman serta pengenalan dasar nilai-nilai moral yang baik.
Itu sebabnya mereka diajarkan utk bersopan santun, disiplin kebersihan, pengetahuan kesehatan dan lain sebagainya. Kita para orangtua, biasanya memang sok tahu, kita menuntut anak kita utk menjadi cerdas secara instan dengan cara memaksakan anak untuk "bisa" dalam waktu sehari dua hari, padahal mereka itu punya proses pertumbuhannya sendiri.
Seperti contoh kasus calistung ini, anak-anak seperti dikejar target untuk bisa membaca, menulis dan berhitung langsung! Padahal tidak seperti itu prosesnya. Calistung itu akan dikenalkan dan diajarkan pada saat mereka masuk Sekolah Dasar. Jadi bukan tugas guru Tk untuk mengajarkan anak-anak usia ini dengan calistung.
Ada sebuah contoh seorang ibu yg mengharuskan anaknya masuk kesekolah paling bagus yang biaya masuknya tergolong mahal dengan alasan karena disekolah tersebut bilingual alias menggunakan dua bahasa yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dan yang lebih mengherankan lagi, anaknya ini seusia dengan anakku yg tadinya sekolah menempatkan anaknya tersebut di kelas tk B1 sama seperti Darren anakku. Tapi ibu ini ngotot sekali anaknya ditempatkan di TkA? Loh kok? Well alasannya dia ingin anaknya belajar dari awal? Duuh..kenapa sih kok sampai segitunya memaksakan anak untuk menjadi the best? Padahal ya bloggers, kalo aku liat anaknya kasihan sekali lho, masalahnya ketika anak2 seusianya sedang asyik-asyiknya bermain, si anak ini justru sedang tepar tertidur lelah! Ckckck..huff kasihan aku melihatnya.
Siapa sih orang tua yang tidak bangga kalo anaknya menjadi yang terbaik? Aku juga mau! Tapi sebagai orang tua, sebaiknya kita ingat, bahwa anak itu bukan kita! Anak itu masih terlalu muda untuk dijejali dengan keharusan-keharusan kita. Menurutku untuk menciptakan anak yg hebat itu, adalah bagaimana membuat sebuah keseimbangan antara Iq dan Eqnya. Bagiku memilih sekolah mahal juga belum tentu anak kita berkualitas jika mereka tidak diajarkan norma-norma serta etika yang baik dimasyarakat.
Kualitas lebih penting dibandingkan kuantitas! Jadi, mau pilih yang mana?