Monday, June 10, 2013

Belajar Hidup Sederhana Dari Para Amish

Hari ini aku menghabiskan waktu santaiku dengan menonton NatGeoAdv mengenai kehidupan para Amish di sebuah negara bagian Amerika.  Amish adalah sebuah komunitas kecil di Amerika yang menganut kepercayaan kristen orde lama.  Ajaran mereka adalah hidup berdasarkan aturan-aturan yang ada di dalam kitab bible mereka yang mengharuskan mereka untuk hidup sederhana, bekerja keras, dan mengutamakan kerukunan keluarga dan komunitas mereka.  

Dari jaman nenek moyang mereka, komunitas ini sama sekali tidak boleh memiliki teknologi seperti telepon, komputer dan lain sebagainya dan masih tetap mempertahankan keaslian kehidupan jaman dahulu kala, tanpa listrik, tanpa kemewahan.  Dalam hal transportasi pun mereka tetap menggunakan kereta dan kuda. Terisolasi dari dunia luar tidak membuat mereka tak berdaya dan tetap survive.

Dalam hal pakaian dan penampilan, mereka juga tidak mengikuti perkembangan mode. Mereka mengenakan pakaian tertutup yang panjang bagi wanita, dan memelihara janggut bagi yang pria.  Itulah ciri khas Amish.  Mereka hidup secara gotong royong dengan bertani, berburu, dan juga memancing ikan. Komunitas ini persis sekali dengan manusia yang hidup di jaman victorian atau mungkin abad pertengahan.

Aku pikir komunitas ini, akan survive bila suatu ketika dunia gelap karena kehabisan bahan bakar.  Karena apa? Karena mereka tidak pernah menggunakan listrik dan bahan bakar untuk mobil mereka.  Teknologi membuat kita manusia menjadi semakin malas dan manja, benar apa benar?;)  Teknologi memang membuat kehidupan kita semakin mudah,  tapi dampak jangka panjangnya tak pernah kita pikirkan.

Contoh saja mobil yang kita pakai sehari-hari, tentu saja itu bisa membawa kita jauh, tapi apa yang akan terjadi suatu saat bila kita kehabisan bahan bakar?  Teronggok sia-sia dan ditinggalkan. Belum lagi emisi gas buang yang ditimbulkan mengakibatkan polusi bagi udara segar kita.

Para amish membuatku berpikir bahwa kualitas hidup kita tidak bergantung pada semua hal yang terbaik.  Banyak orang yang menginginkan memiliki semua benda yang berkualitas terbaik, seperti mobil yang terbagus, pakaian yang indah dan mahal, perhiasan, gadget-gadget bermerek tapi apakah semua itu penentu kebahagiaan kita?  Hidup dengan teknologi modern malah justru membodohi kita.  Mengapa? Karena semuanya sudah dipermudah.  Kita dibuat terlena dengan segala kemudahan dan akhirnya lupa pada nilai kerja keras, dan usahanya.

Para Amish mengajari kita, meski tanpa teknologi mereka mampu bertahan hidup.  Dan dengan kesederhanaan, mereka mengajarkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.  Mereka rajin membaca al kitab, mereka bergotong royong dalam membangun rumah dan mereka mempertahankan nilai-nilai luhur kehidupan.  Dengan terlenanya kita pada teknologi dan ketergantungan kita pada bahan bakar dan energi seperti listrik, kita jadi lupa insting kita untuk bertahan hidup dalam keadaan darurat.

Coba kita berpikir, bila pada suatu saat tidak lagi ada listrik atau bahan bakar untuk memasak, atau untuk mengisi suply bahan bakar mobil kita, apa yang bisa kita lakukan? Aku yakin kita pasti akan menggerutu dan bingung, atau bahkan mungkin panik. Kita tidak tahu bagaimana caranya menyalakan api tanpa korek? Kita terpaksa kembali bercocok tanam, dan harus membiasakan diri buang air tanpa menggunakan air karena terbiasa enak dengan toilet yang serba flush? In the end, kita akan kembali menjadi manusia primitif.

Mungkin bagi para manusia modern jaman sekarang melihat komunitas Amish ini seperti melihat sekumpulan orang-orang yang terbelakang atau primitif, tapi aku rasa kelak merekalah yang akan tertawa belakangan. 

Jadi pelajaran kali ini yang bisa aku ambil adalah, hiduplah sederhana.  Belajar untuk tidak rewel atau manja dengan teknologi.  Ayo kembali ke alam, mari gunakan akal dan tenaga kita untuk membangun keluarga, memiliki waktu untuk mendalami al kitab, dan berpakaianlah dengan rapih dan sopan.  

Seperti kata-kata bijak para Amish, "Teknologi tidak membuatmu menjadi freedom, jika kau berpikir dengan memiliki kebebasan duniawi kau benar-benar bebas, sebenarnya itu bukanlah nyata."

No comments:

Post a Comment