Orang yang suka menyepi, biasanya lebih dekat dengan Tuhan. Ia mencari kedamaian dengan dan dari dalam dirinya sendiri melalui dialog-dialognya dengan sang Ilahi. Contohnya para biksu, sufism, ulama-ulama.
Sebagai manusia biasa, terkadang kita terlalu lemah dalam mengingat sang Khalik ketika kita berada di tengah-tengah dunia yang serba gemerlap. Kegiatan-kegiatan yang menyita kehidupan sering membawa kita kepada pergaulan dan lingkup sosial yang bergelimang dengan materi dan kemaksiatan. Coba direnungkan, ketika kita bertemu dengan teman-teman untuk bersosialisasi seperti istilah hang out, jalan-jalan di mall, berbelanja dan sebagainya, masih sempatkah kita mengingat-Nya? Tidak banyak orang yang menyempatkan dirinya shalat lima waktu ketika sedang berada di mall. Kadang ingat, kadang juga tidak. Tapi sepertinya lebih sering tidaknya:)
Coba deh luangkan sedikit waktu untuk tinggal dirumah, melakukan kegiatan yang bermanfaat hanya dirumah saja, saya yakin sebagian orang ada yang resah. Bawaannya pasti bete, atau bingung mau melakukan apa dirumah dan bagi mereka mungkin dirumah itu seperti berada di dalam penjara. Tidak fun, atau tidak ada rasa nyaman tuk tinggal dirumah. Orang-orang seperti ini jiwanya gelisah. Ia mencari kedamaian justru dari luar. Ia baru merasa 'hidup' ketika dia sedang berada diluar, ketika bertemu dengan teman-temannya. Padahal di luar rumah itu mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali keluar uang. Mereka boleh saja mendapatkan teman yang banyak, mendapatkan kesenangan dengan ngobrol sana sini tentang sesuatu hal yang sebenarnya mungkin 'nothing'. Bergurau, bergosip, pamer ini atau itu. Yaa paling seputar itu, duniawi.
Saya tidak bilang bahwa keluar rumah dan bersosialisasi itu tidak penting, boleh saja sih. Tapi apakah keluar rumahnya itu untuk sesuatu yang bermanfaat? Seperti pergi ke komunitas berkebun, atau menjadi relawan, atau aktivis cagar alam dsb. Keluar rumah yang benar bukan menghamburkan uang, atau berjalan-jalan tanpa membawa manfaat selain cuma kesenangan duniawi semata. Berdialog dengan Tuhan itu lebih penting dibanding dengan hal-hal yang dangkal seperti bergosip dsb.
Kalau kita tenang batinnya, tinggal dirumah itu lebih baik dan jauh lebih nyaman. Kita bisa banyak membaca, berinteraksi dengan keluarga, tetangga, mengajarkan anak-anak juga untuk senang tinggal dan bermain dirumah daripada keluar rumah bergaul tak baik. Kalau anak senang tinggal dirumah, dia akan tumbuh bahagia dan merasa utuh dan kelak tidak akan memerlukan pelampiasan kesepiannya diluar rumah. Di dalam rumah kita juga bisa menciptakan hal-hal yang menyenangkan kok bersama-sama.
Orang yang banyak merenung, hatinya biasanya damai. Dan dia lebih suka berdiam diri melakukan aktifitas yang berguna dirumah dengan lebih banyak mendekat kepada Allah. Dia mungkin saja menyelesaikan Al-Qur'an, banyak berzikir dan beristighfar, melakukan kegiatan-kegiatan lain dengan keluarga sehingga tercipta suasana nyaman dirumah.
Lihatlah contoh para biksu, mereka tidak memiliki harta berlimpah, hidup dalam kesederhanaan, jauh dari hiruk pikuk duniawi, namun mereka tetap bisa tersenyum. Dan batinnya terasa menenangkan jiwa orang yang berada dekat dengannya. Karena apa? Karena hidup mereka hanya untuk ibadah. Menyembah dan mendekat kepada Tuhan.
Jadi, yuk kita ciptakan lingkungan rumah yang nyaman supaya keluarga kita mau kembali ke rumah. Supaya kita mendapatkan ketenangan dan kedamaian hati dirumah. Jauhi keluar rumah yang kegiatannya tidak memiliki manfaat melainkan mudharat. Sayang uang, gunakan uangmu untuk dibelanjakan kepada hal yang baik. Untuk sedekah dan berbagi ke orang-orang yang tak mampu daripada dihambur-hamburkan untuk belanja sepatu yang harganya jutaan, atau tas jutaan yang sayang. Lebih baik waktu dan uang kita dimanfaatkan untuk investasi akhirat saja yang disana kita hidup lebih kekal. Lebih baik mendekatkan diri pada Allah, daripada bergosip ngomongin orang lain yang cuma menambah dosa, iyakan?