Jakarta, Libur Lebaran adalah momen untuk berkumpul
dengan keluarga besar yang mungkin jarang-jarang bertemu dalam
keseharian. Salah satu topik pembicaraan yang menurut psikolog sebaiknya
dihindari karena bisa memicu stres adalah 'kapan kawin?'
Rosdiana Setyaningrum, M.Psi, MHPEd, seorang psikolog dari Rumah Sakit Pluit Jakarta mengakui bahwa pertanyaan semacam itu sangat stresfull terutama bagi yang masih lajang di usia yang cukup matang. Salah satu dampak terburuknya adalah rusaknya momen kebersamaan saat berlebaran.
"Pertanyaan-pertanyaan seperti itu kan sifatnya sangat personal, sebaiknya tidak perlu ditanyakan apalagi di depan umum. Kadang justru membuat orang jadi ragu-ragu untuk kumpul-kumpul sama keluarga," kata Rosdiana saat dihubungi detikHealth, Senin (20/8/2012).
Menurut Rosdiana, stres yang muncul akibat pertanyaan-pertanyaan personal seperti 'kapan kawin' atau juga 'kapan punya anak' tidak hanya dialami oleh orang yang ditanya. Pihak keluarga, terutama orangtua tidak jarang ikut merasa terbebani secara psikologis.
Orangtua yang mendengar anaknya ditanyai kapan kawin kadang ikut merasa bersalah, atau minimal kepikiran apa ada yang salah dalam mendidik anaknya. Mungkin karena ikut malu atau merasa harus berbuat sesuatu, akhirnya orangtua jadi ikut-ikutan mendesak anak untuk cepat kawin atau punya anak.
Bagi yang ditanya kapan kawin atau kapan punya anak, Rosdiana menyarankan agar tidak terlalu dipikirkan jika tidak ingin stres sendiri. Ia menyarankan untuk menjawabnya dengan candaan, tanpa harus berprasangka buruk karena belum tentu juga tujuannya jelek.
"Diajak bercanda saja, karena belum tentu juga niatnya jelek. Bisa jadi memang benar-benar ingin tahu atau mungkin cuma ingin basa-basi. Tapi memang sebaiknya tidak ditanyakan di depan umum, even tidak usah ditanyakan sama sekali karena sangat personal dan sensitif," kata Rosdiana.
Rosdiana Setyaningrum, M.Psi, MHPEd, seorang psikolog dari Rumah Sakit Pluit Jakarta mengakui bahwa pertanyaan semacam itu sangat stresfull terutama bagi yang masih lajang di usia yang cukup matang. Salah satu dampak terburuknya adalah rusaknya momen kebersamaan saat berlebaran.
"Pertanyaan-pertanyaan seperti itu kan sifatnya sangat personal, sebaiknya tidak perlu ditanyakan apalagi di depan umum. Kadang justru membuat orang jadi ragu-ragu untuk kumpul-kumpul sama keluarga," kata Rosdiana saat dihubungi detikHealth, Senin (20/8/2012).
Menurut Rosdiana, stres yang muncul akibat pertanyaan-pertanyaan personal seperti 'kapan kawin' atau juga 'kapan punya anak' tidak hanya dialami oleh orang yang ditanya. Pihak keluarga, terutama orangtua tidak jarang ikut merasa terbebani secara psikologis.
Orangtua yang mendengar anaknya ditanyai kapan kawin kadang ikut merasa bersalah, atau minimal kepikiran apa ada yang salah dalam mendidik anaknya. Mungkin karena ikut malu atau merasa harus berbuat sesuatu, akhirnya orangtua jadi ikut-ikutan mendesak anak untuk cepat kawin atau punya anak.
Bagi yang ditanya kapan kawin atau kapan punya anak, Rosdiana menyarankan agar tidak terlalu dipikirkan jika tidak ingin stres sendiri. Ia menyarankan untuk menjawabnya dengan candaan, tanpa harus berprasangka buruk karena belum tentu juga tujuannya jelek.
"Diajak bercanda saja, karena belum tentu juga niatnya jelek. Bisa jadi memang benar-benar ingin tahu atau mungkin cuma ingin basa-basi. Tapi memang sebaiknya tidak ditanyakan di depan umum, even tidak usah ditanyakan sama sekali karena sangat personal dan sensitif," kata Rosdiana.
No comments:
Post a Comment