Ini nih pengalaman saya naik Trans Jakarta minggu lalu. Saya perhatikan orang-orang suka sekali yang namanya berdesakan. Sudah tahu bis yang saya tumpangi ini penuh sesak, tapi orang-orang yang sudah menunggu di halte ini masih saja ngotot naik kedalamnya. Padahal masih banyak lho bis lain dengan trayek yang sama dibelakang sana. Kenapa sih mereka tidak bersabar sedikit saja hingga bis berikutnya tiba? Kenapa ya mereka senang sekali berdesakan hanya karena malas menunggu alias tidak sabar?
Memang publik transportasi seperti ini tergolong murah meriah, cepat dan bebas hambatan, tapi dari segi kenyamanan masih saja belum bisa teratasi. Ya contohnya seperti ini. Bukan hanya itu saja, kebodohan orang-orang kita, lihat saja kasus mobil pribadi dan motor yang ikut-ikutan menggunakan jalur busway demi kelancaran berkendara mereka. Enak saja mereka dengan santai masuk ke lajur bus khusus untuk menghindari kemacetan. Padahal hal ini jelas berbahaya! Terutama untuk motor. Bagaimana jika terseruduk bis besar ini? yang ada bis yang dipersalahkan padahal sudah jelas-jelas motornya yang salah masuk ke jalur yang bukan untuknya.
Oke itu kasus Trans Jakarta, kali ini saya ingin membahas kejelekan transportasi lain yakni Taksi. Sepulang Saya dari Jakarta, saya dihadapkan oleh lagi-lagi kemacetan lalu lintas di jalan Cihampelas Bandung. Terbayang betapa lelahnya saya seharian melakukan perjalanan Jakarta-Bandung yang ditempuh selama hampir 3 jam. Yang apes adalah ketika saya harus menunggu taksi lewat. Tunggu punya tunggu hampir selama satu jam lebih tidak ada satupun taksi kosong yang lewat. Yang lebih menyebalkan lagi, ketika pada akhirnya ada satu taksi kosong lewat, saya pikir masalah sudah selesai ternyata ketika supir itu bertanya hendak kemana tujuan saya pergi, si supir menolak untuk mengantarkan saya pulang ke daerah Ciumbuleuit dengan alasan MACET!
Bukan kepalang betapa jengkelnya saya, apalagi si supir meminta Rp. 50.000 untuk mengantar ke tujuan saya bloggers. Saya turun dari taksi dengan perasaan yang sudah tak keruan, ya kesal dan lelah semuanya sudah hampir membuat saya breakdown. Untung saya masih mampu mengendalikan emosi jiwa yang meninggi saat itu hahaha..Coba deh, betapa hal tersebut bodoh bukan?
Yang namanya jasa kok bisa seenaknya memilih untuk menolak penumpang? Cerita apalagi sih ini? Mentang-mentang macet, taksi dengan seenaknya menurunkan penumpang di jalan dan meminta 50 ribu rupiah jika ingin diantar hingga tujuan. Apa ini sistem pemerasan? wah wah wah.. Untunglah pada akhirnya kesabaranku berbuah manis, tiba-tiba lewatlah taksi penyelamatku Blue Bird. Memang taksi ini untuk urusan service patut diacungkan jempol. Tidak pernah yang namanya mereka menolak penumpang meskipun itu jauh atau dekat sekalipun.
Terkadang saya hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laku masyarakat yang suka seenaknya ini. Mereka tidak peduli dengan keselamatan, kenyamanan, dan kedisiplinan pribadi. Harus dengan cara apa ya supaya bangsa ini mau belajar merubah sikap acuh seperti ini? Apakah harus memperbarui undang-undang, peraturan-peraturan dan hukum dengan lebih cermat dan teliti?
Yah..ini sih sebagai bahan renungan saja buat kita semua, khususnya saya sebagai warga pengguna jasa transportasi. Please tingkatkan dong pelayanan umum kita untuk masyarakat, dan untuk kita sendiri cobalah gunakan sense dan akal kita untuk lebih mau mendisiplinkan diri sendiri di muka umum.