Saya punya sebuah uneg-uneg yang mengganjal tentang Perusahaan Daerah Air Minum kita. Jika bisa dibilang level kebencian saya pada perusahaan ini sudah dibatas 10. Bagaimana tidak bloggers, coba Anda bayangkan jika Anda berada di posisi saya ini. Setiap tahun saya terpaksa membayar tagihan air sebesar 21 kali lipat dari pemakaian normal. Dan setiap tahun pula, pada bulan-bulan tertentu (khususnya menjelang puasa atau lebaran) rumah kami ditodong sebesar Rp. 2-4juta rupiah untuk pemakaian air yang volumenya sama dengan pemakaian air untuk sebuah kolam renang! Pada normalnya pemakaian per bulan kami hanya sebesar 24m3. Ini link kasus yang sama dengan kasus kami, Kaget, Bayar PDAM 8 Kali Lipat
Jadi modus mereka seperti ini bloggers, ada seorang petugas PDAM yang mengenakan pakaian biru-biru mengenakan jaket datang kerumah. Ketika datang dia berpura-pura melihat meteran air kita, dia terlihat membawa sebuah alat yang aneh ( dan ini mencurigakan). Petugas ini berpura-pura memfoto jumlah volume air yang tertera pada meteran rumah kami. Dan tiba-tiba, petugas ini mengatakan pada kami bahwa jumlah pemakaian air kami ini sebesar 440m3. Yang artinya volume itu melonjak sebesar 21 kali lipat yang biasa kami pakai perbulannya. Terus terang kami berang sekali pada waktu itu. Saat itu saya ingin sekali meminta orang itu memperlihatkan IDnya untuk saya foto sebagai bukti jika ini adalah sebuah cara untuk pemerasan.
Kejadian seperti ini bukan hanya sekali lho bloggers, sudah terjadi bertahun-tahun. Dan setelah kami urus, ternyata terjadi banyak sekali modus mencurigakan di dalamnya. Seperti sebuah birokrasi yang dibuat-buat, untuk mendapatkan uang dikalangan orang-orang dalam. Saya punya sebuah kecurigaan bahwa PDAM memiliki sebuah alat untuk memperbesar atau mengurangi jumlah meteran air. Dan mereka menggunakan taktik ini untuk memeras golongan-golongan perumahan yang mereka anggap 'MAMPU'. Wong biasanya pemakaian normal kami hanya segitu mengapa tiba-tiba bisa melonjak 21 kali lipat dalam hitungan sebulan? Aneh apa aneh? Dan yang lucunya lagi, lonjakan ini selalu terjadi pada bulan-bulan menjelang awal puasa atau lebaran! Hebat kan?! Modusnya terlihat jelas sekali ini adalah sebuah akal-akalan picik PDAM untuk ajang mencari 'uang' haram.
Setelah saya dan keluarga saya mencari kasus ini di Google, ternyata benar bloggers, kami menemukan banyak kasus serupa yang terjadi di Jakarta. Dan kesimpulan kami adalah bahwa ini merupakan modus operandi PDAM untuk memeras pelanggan-pelanggan yang bisa dibohongi seperti kami. Siapa yang mau membayar 2-4 juta setiap tahun untuk membuncitkan perut-perut mereka? Ada yang mau? Kalau ada orang yang bilang, "Ah segitu sih kecil" wah..hebat banget ya mau saja dibohongi dan diperas oleh sebuah perusahaan Air Minum yang katanya melayani masyarakat.
PDAM melayani masyarakat? Mana buktinya? Saya bisa kasih bukti pelayanan mereka itu buruk sekali. Saya pernah memotret beberapa titik disekitar rumah kami, terdapat kebocoran-kebocoran saluran PAM. Dan air itu dibiarkan mengalir begitu saja, padahal Rukun Warga sudah berkali-kali mengadukan hal ini pada PDAM. Dulu kami susah sekali mendapatkan aliran air, dan itu dibutuhkan waktu yang lama untuk memperbaikinya. Itu dimana ya pertanggungjawabannya?
Sekarang keluarga saya sedang mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah ini. Saya sedang mengumpulkan bukti-bukti untuk mencari keadilan yang sebenarnya bahwa didalam tubuh perusahaan ini terdapat praktek-praktek korupsi. Selain itu kami berusaha untuk mengunci pintu pagar rumah kami hanya mencatat pemakaian-pemakaian listrik dan air yang tertera di sebuah papan plat khusus untuk mencatat angka-angka yang tertera di meteran sehingga petugas tidak perlu sampai masuk ke halaman rumah kami untuk menghindari kecurangan-kecurangan petugas PDAM.
Ini pesan saya ya untuk para pejabat PDAM. Pak..tumbuhkan rasa malu di dalam diri Anda. Perusahaan ini kan harusnya melayani masyarakat umum, dan kami bukan gratis untuk mendapatkan jatah air minum, tolonglah bersikap bersih dan jujur pada kami. Kami ini cuma rakyat golongan biasa yang hanya mampu membayar sebesar apa yang kami butuhkan. Apa kalian tidak takut mati dalam keadaan muntah darah karena memakan uang perasan orang-orang yang tidak ridha? Kami ridha, ikhlas bila mengeluarkan uang sebesar 4 juta rupiah untuk sedekah tiap tahunnya, tapi tidak akan pernah ridha untuk mengeluarkan sejumlah itu untuk membuncitkan perut-perut Anda semua. Takutlah pada Tuhan bapak-bapak, ibu-ibu.
Hi Ibu Paramitha
ReplyDeleteSaya punya problem sama persis dgn yg ibu alami. Apakah Ibu sudah mendapat solusi nya? Mohon info nya. Thanx