Setelah berulang kali kamu menyakiti hatiku, kamu menghilang begitu saja ketika aku menunggu kabar darimu.
Kamulah yang membuat janji untuk datang ke kotaku, namun kamu jualah yang mengingkarinya.
Kamu buat aku menangis, sedih merasa diabaikan, ditinggalkan dan kini tanpa merasa malu kamu mengirim pesan kepadaku. Apakah kamu pikir, hatiku terbuat dari kayu? kayu pun bisa patah jika dihentakkan. Begitu sakit rasanya diperlakukan seperti ini. Kamu tidak menghargai aku sebagai wanita. Kamu mempermainkan perasaan jiwa yang sangat rapuh wahai teman.
Padahal selama ini, akulah yang berada disampingmu berusaha menjadi seseorang yang setia menemanimu dalam sepi, membantumu dikala kau sendiri, menopang semua kelemahanmu. Tapi apa yang kuterima? hanyalah kekecewaan, pengabaian, dan ketidaksetiaanmu. Kamu sering menyakiti hatiku, dan tak pernah meminta maaf. Aku selalu membukakan pintu maafku untukmu, dan menerimamu kembali. Tapi apa yang kau lakukan padaku kemarin sungguh menyakitkan.
Aku tak tahu apakah aku bisa membuka pintu hatiku untukmu lagi. Aku tak tahu apakah semua ini berarti untuk dipertahankan jika yang kudapatkan adalah penderitaan demi penderitaan. Aku menangis ketika aku menanti jawabanmu. Aku menanti dengan penuh harap kabar darimu dan juga kedatanganmu. Aku merasa ditinggalkan dan diabaikan..sungguh terlalu dirimu sayang.
Aku mencoba untuk memahami dirimu, tapi kenyataannya rasa sakitku masih terasa. Aku telah memaafkan dirimu tapi aku belum bisa membuka hatiku padamu saat ini. Silakan lanjutkan kehidupanmu tanpa diriku, bukankah itu yang kamu inginkan? Tinggalkan aku sendiri seperti niatmu semula. Kamu menganggap enteng perasaanku dan harga diriku. Kamu menilai rendah aku. Semua yang pernah kulakukan untukmu kamu anggap sebelah mata.
Biarkan aku sendiri, pabila dirimu benar-benar mencintaiku carilah jalan pulang kepadaku apapun caranya.