Ketika kita jatuh cinta, ada saat-saat dimana kita menemukan kelemahan-kelemahan diri kita dalam berinteraksi dengan pasangan. Kita menemukan, bahwa ternyata kita ini sebuah individu yang berbeda dengannya. Kita menjadi semakin terbuka mengenai siapa diri kita sebenarnya. Misalkan, suatu hari kita menyadari bahwa sebagai “saya” ternyata saya adalah seseorang yang indecisive, atau peragu. Kita secara sadar menyadarinya dari problema yang kita hadapi terhadap pasangan kita. Bukan rahasia lagi, bahwa pasangan berperan sebagai cermin. Ia secara tidak sadar merefleksikan bagaimana diri kita dan apa konsekuensinya.
Sebagai seseorang yang indecisive ini, ternyata dari setiap konflik yang terjadi dengan pasangan saya, saya menyadari bahwa ternyata pria yang menjadi pasangan saya ternyata juga memiliki sifat yang sama! Jika saya menyadarinya, pada akhirnya saya bisa menerima dia sebagai mana dia adanya dan bahkan mungkin mentertawakan segala kebodohan yang telah kami lakukan. Adakalanya ketika sebuah permasalahan muncul, saya mendapati pasangan saya mengkritik kelemahan saya, padahal setelah dipikir-pikir, ternyata dia sendiri pun sifatnya sama seperti yang dia katakan mengenai saya. Dan saya hanya tertawa sendiri.
Sebagai seseorang yang indecisive ini, ternyata dari setiap konflik yang terjadi dengan pasangan saya, saya menyadari bahwa ternyata pria yang menjadi pasangan saya ternyata juga memiliki sifat yang sama! Jika saya menyadarinya, pada akhirnya saya bisa menerima dia sebagai mana dia adanya dan bahkan mungkin mentertawakan segala kebodohan yang telah kami lakukan. Adakalanya ketika sebuah permasalahan muncul, saya mendapati pasangan saya mengkritik kelemahan saya, padahal setelah dipikir-pikir, ternyata dia sendiri pun sifatnya sama seperti yang dia katakan mengenai saya. Dan saya hanya tertawa sendiri.
Dan saya juga mengamati ternyata, tingkah laku pasangan kita lama-lama juga bisa saling menular. Pasangan itu saling belajar melihat karakter satu dengan yang lainnya dan akhirnya menjadi serupa seperti pinang di belah dua. Contohnya, jika kita merasa diri kita membosankan padahal sesungguhnya yang terjadi adalah karena pasangan kita yang membosankan. Hal tersebut membuat kita menjadi bosan juga pada diri kita sendiri.
Apalagi untuk pasangan yang sudah lama menikah bertahun-tahun, pasti mereka memiliki karakter yang menjadi mirip pasangannya, seperti sebuah pertukaran sifat. Contohnya, jika suaminya berkarakter angkuh dan suka pamer, sementara yang tadinya sang istri adalah seorang yang rendah hati, karena bertahun-tahun hidup dengan sifat suaminya yang suka pamer, lama kelamaan sang istri mulai memperlihatkan sifat suaminya terhadap orang lain, jadi lebih suka pamer juga hehehe..lucu ya..
Bukti ini aku lihat sendiri lho di lingkungan sekitar ku. Pengaruh-pengaruh baik dan buruk seseorang pasti akan di adaptasikan juga oleh pasangannya seiring dengan waktu. Coba yuk buktikan..