Pagi ini aku merenung, apa yang sesungguhnya aku inginkan saat ini? Aku ingin sekali menikah lagi dan memiliki sebuah kehidupan pernikahan islami yang sakinah, mawadah, serta warahmah.
Jika melihat dari latar belakang kegagalanku, dan juga kehidupan rumah tangga serta pernikahan-pernikahan orang lain, aku seperti bisa mengambil kesimpulan bahwa sebuah rumah tangga atau pernikahan itu sesungguhnya adalah untuk mendapatkan kedamaian, serta ketenangan batin. Seperti yang tercantum dalam Al-Qur'an dan hadist bahwa Allah menciptakan manusia itu untuk berpasang-pasangan supaya hati tenang dan tentram.
Untuk memiliki sebuah pernikahan yang sakina, mawada, serta warahmah itu sebenarnya adalah menjaga ketenangan batin kita, pasangan kita, dan juga anak-anak kita. Jadi sebelum kita terjun dalam pernikahan atau memulai sebuah hubungan itu, kita harus mampu berdamai dgn diri sendiri dulu. Menciptakan ketenangan batin diri sendiri dulu, baru dapat mencintai dan mendamaikan jiwa pasangan kita. Batin yang tenang itu mampu melepaskan ego dari dalam diri kita.
Ego manusia itu adalah hal yang dapat merusak ketenangan, keharmonisan rumah tangga seseorang. Bila dua orang manusia memiliki ego tinggi, bisakah dibayangkan akan banyak sekali hambatan dalam rumah tangganya? Aku belajar untuk menundukkan egoku dari awal kegagalan rumah tanggaku. Aku korbankan diriku untuk memenuhi talak suami yang ingin bercerai karena perempuan lain.
Sepanjang aku hidup aku diperlihatkan oleh ego-ego manusia lain yang merasa dirinya berhak bahagia meski diatas penderitaan orang lain. Padahal tidak seharusnya begitu, tapi inilah hidup. Makanya, ustad-ustad dan para cendekia muslim selalu mengingatkan akan bahaya ego itu. Mereka berulang-ulang selalu mengingatkan kita agar tidak selalu merasa "AKU".
Pembelajaranku kali ini adalah, berusaha berdamai dengan diriku sendiri, mencari kebahagiaan sejati dengan diriku sendiri. Siapa sih manusia yang mampu hidup sendirian? tidak ada! Begitu juga denganku, tapi selama aku belum bertemu dengan pria sejati pilihan Allah yang akan menemaniku, mengapa aku harus bersedih? Mungkin Allah ingin aku bersabar, dan belajar berdamai dengan Dia dan diriku sendiri dulu.
Belajar mengatasi masalah2ku dengan cara yang kreatif, dan benar selama itu jujur, baik dan halal. Aku harus fokus dengan perbaikan diri, menyeimbangkan diriku fisik dan mental, mengasah imanku supaya lebih tebal dan kuat. Menjadi seorang ibu yang baik dan individu yang baik pula. Tugas ini yang harus aku lakukan.
Aku harus bisa membagi waktu untuk diriku sendiri dan juga kebutuhan anakku. Tugas yang tidak mudah, tapi ini harus dilakukan. Bagaimana mungkin aku bisa mengurus orang lain bila aku sendiri tidak mampu mengurus diriku sendiri? Selama aku masih diberi kesempatan untuk mengurus diriku sendiri, aku akan pergunakan saat-saat ini untuk mengejar apa yang aku mau. Karena begitu nanti aku menikah, aku harus bisa meredam egoku untuk kedamaian rumah tanggaku.
Jadi..baiklah..aku akan menikmati hidupku to the fullest right now! Ini saatnya aku egois..tdk apa-apa egois selama aku belum menikah dan punya ikatan apapun dengan seorang pria. Nanti jika menikah, aku sudah bisa berdamai dengan diriku dan keluargaku..siip!
No comments:
Post a Comment