Ini kutipan sebuah pertanyaan dari Yahoo dari seorang wanita muda yang bernama Leny. Sebenarnya pertanyaan ini sudah di jawab oleh pengasuh Rubrik yahoo Hilbram Dunar. Berikut linknya Memilih Calon Suami: Pakai Logika Atau Hati
Tanya:
Saya sedang bingung memilih pria mana yang lebih cocok dijadikan suami. Saya sangat mencintai pacar saya, tapi kami berdua punya sifat dan cara berpikir yang bertolak belakang. Banyak juga sifatnya yang tidak saya suka, terutama sifatnya yang egois dan hidupnya yang semaunya sendiri, tidak tertata. Saya ragu dia bisa jadi pemimpin rumah tangga yang baik.
Sementara ada satu pria lagi yang mengajak saya menikah. Dia orangnya mapan, agamanya baik, pola pikirnya nyambung dengan saya, anaknya dewasa dan bertanggung jawab, tapi saya tidak ada perasaan apa-apa dengan dia. Hanya suka sebatas teman. Yang mana yang harus saya pilih? Haruskah mengikuti hati tapi otak melawan, atau mengikuti logika tapi hati tak merasa?
Leny, 26 tahun
Saya sedang bingung memilih pria mana yang lebih cocok dijadikan suami. Saya sangat mencintai pacar saya, tapi kami berdua punya sifat dan cara berpikir yang bertolak belakang. Banyak juga sifatnya yang tidak saya suka, terutama sifatnya yang egois dan hidupnya yang semaunya sendiri, tidak tertata. Saya ragu dia bisa jadi pemimpin rumah tangga yang baik.
Sementara ada satu pria lagi yang mengajak saya menikah. Dia orangnya mapan, agamanya baik, pola pikirnya nyambung dengan saya, anaknya dewasa dan bertanggung jawab, tapi saya tidak ada perasaan apa-apa dengan dia. Hanya suka sebatas teman. Yang mana yang harus saya pilih? Haruskah mengikuti hati tapi otak melawan, atau mengikuti logika tapi hati tak merasa?
Leny, 26 tahun
Ini adalah hal umum yang sering ditanyakan oleh seorang cewek single, termasuk saya sendiri :p. Sebab saya juga mengalami hal yang sama seperti kasus Leny ini. Dimana saya dihadapkan pada dua pilihan. Kasus saya, saya mencintai seseorang yang dari segalanya, kepribadian dia, karakternya, agamanya, semua serba sempurna dimata saya, akan tetapi untuk satu dan lain sebab saya tidak mungkin bisa bersamanya. Sementara ada pria lain yang mencintai saya, tapi karakter, sifat dan gaya hidupnya jauh dari kriteria yang saya inginkan. Seiman iya, tapi hati saya biasa-biasa saja.
Jawaban saya sendiri untuk kasus Leny dan saya adalah, bahwa perempuan itu harus memilih calon suami dengan logika dan juga hatinya. Keduanya harus ada!
Hal yang paling utama adalah cinta. Sebuah pernikahan tanpa cinta itu mustahil bisa bahagia. Jangan pernah menikah karena sebab-sebab lain selain kita mencintai seseorang! Cinta itu landasan kelanggengan sebuah rumah tangga. Dan dalam memutuskan menikah itu, harus dua orang yang saling mencintai! Makanya pastikan bahwa pasangan Anda juga mencintai serta menerima diri anda apa adanya
Dan yang penting lainnya adalah logika. Pakai logika dalam memilih karakter yang seperti apa yang kita inginkan, itu yang dinamakan standar. Logika itu menentukan standar. Kriteria seperti apa yang kita inginkan dari calon pasangan kita, tentunya kriteria tersebut harus masuk akal, dan yang pasti baik bagi kita. Seperti bagaimana agamanya, iman dan spiritualnya, karirnya, keluarganya, dan lain sebagainya. Yang namanya manusia tidak ada yang sempurna, tapi setidaknya standar itu harus sejajar dengan kita sebagai individu.
Kalau saya, setidaknya calon saya itu harus berpendidikan sarjana, karena saya sendiri seorang sarjana. Yang kedua, si dia harus islam, shalat lima waktunya rajin, dan dia punya nilai-nilai agama yang baik, karena dia adalah calon imam bagi saya dan anak-anak kelak. Memiliki karir yang baik dan aman, serta berpendapatan stabil. Kemudian juga harus berasal dari keluarga baik-baik, yang sejajar dengan keluarga saya. Itu standar saya secara umum, yang lainnya seperti karakter seseorang itu bisa dijajaki lebih dalam lagi seiring dengan waktu.
Jadi apabila kita bertemu dengan dua orang pria yang memiliki karakter berbeda, yang mana pria yang lebih kita cintai? baru berpikir apakah dia sudah masuk dalam standar kita? Apakah si dia juga tulus mencintai kita? Jika sudah, wah..selamat ya! Tapi kalau belum, misalnya, Anda mencintai seseorang yang segalanya sudah masuk kriteria, tapi secara status tidak mungkin. Ya sudah, percaya bahwa akan ada seseorang yang lebih tepat buat Anda kelak. Jangan memaksakan kehendak. Karena pernikahan itu adalah hidup kita bersama seseorang yang kita cinta dan juga mencintai kita selamanya. InsyaAllah pernikahan yang seperti itu yang akan bahagia.